HOME OPINI DIDAKTIKA

  • Jumat, 3 November 2023

“SIKO CIEK PAK” UCAPAN KHAS PENUMPANG ANGKOT  DI KOTA PADANG

OPini Diah Noverita
OPini Diah Noverita

SIKO CIEK PAK” UCAPAN KHAS PENUMPANG ANGKOT  DI KOTA PADANG

Oleh: Dr. Diah Noverita, M.Hum*

 

 “Siko ciek pak!” ....ucapan singkat berbahasa Minangkabau bermakna ini selalu kita dengar, khususnya yang biasa naik angkot di kota Padang. Mendengar ucapan ini biasanya sopir angkot melambatkan laju angkotnya dan mulai menepi untuk berhenti. Maksud ucapan “Siko ciek pak!” yang diucapkan penumpang kepada sopir angkot adalah untuk menyatakan bahwa penumpang mau turun, karena telah tiba di tempat tujuannya. “Siko ciek pak!”  (“Berhenti disini pak!”), diucapkan penumpang yang turun sendiri ataupun turunnya dengan beberapa orang sekaligus, akan tetap diucapkan siko ciek pak!”. Walaupun kata ciek pada ucapan tersebut artinya satu. Kalaupun ada penumpang yang non Minang, paling an mereka akan berucap “Stop pak!”, atau “Depan pinggir pak!”, atau bisa juga ucapan lainnya “Kiri pak!”. Ongkos angkot langsung diserahkan ke sopirnya. Dahulu beberapa tahun yang lalu, ada stokar angkot yang meminta tarif atau ongkos angkot setelah angkot berjalan beberapa menit. Sekarang stokar tidak ada lagi, entah apa sebabnya. Hubungan antara sopir dengan stokar biasanya ada kedekatan secara kekerabatan, mungkin saudaranya atau seseorang yang ada hubungan baik dengan keduanya.

Angkutan kota atau biasanya masyarakat menyebutnya dengan angkot memiliki rute yang sudah ditentukan oleh Pemkot atau Dinas Perhubungan. Secara universal, yang masuk kategori angkot yaitu bersifat umum dan berupa bus, mini bus, kereta api, angkutan air dan angkutan udara. Tujuannya untuk menyelenggarakan pelayanan angkutan yang baik dan layak bagi masyarakat. Di Indonesia kendaraan darat yang berupa mobil yang melegendaris dan berfungsi sebagai angkot sangat bervariasi, seperti Daihatsu Hijet 1000, Daihatsu Zebra, Toyota Kijang kapsul Pikap, Suzuki Carry 1000, Mitsubishi Jetstar, Isuzu Panther, dan Gran Max (Kamus Online).

Angkot-angkot di kota Padang bervariasi dari segi rute, warna dan jenis angkotnya. Warna angkot sangat menentukan sebagai penanda tujuan atau rute perjalanan, yang dimulai dari Pasar Raya sampai ke tujuan yang sesuai rutenya. Ada banyak warna angkot di kota Padang, seperti warna hijau, biru muda, biru tua, putih, orange, merah, pink, dan ungu. Di kota Padang tidak ada angkot yang berwarna hitam, coklat dan abu-abu. Angkot-angkot di kota Padang, tidak punya terminal. Biasanya angkot-angkot ini bersandar atau menunggu penumpang di Pasar Raya didampingi seseorang yang stand by membantu memanggil penumpang supaya mau naik angkot tersebut. Balas jasa yang diberi kan berkisar antara Rp 2000 dan Rp 5000. Dikala menunggu penumpang ada juga anak muda yang menyemprotkan parfum/pewangi angkot sekali atau dua kali semprotan, dan penyemprot dapat duit Rp 500- Rp1000. 

Angkot hijau, dan biru muda, biasanya rute dari Pasar Raya sampai tujuan akhir kampus Unand, biasanya tertulis di depan kaca mobil dengan tulisan lurus-Unand. Ada juga angkot biru tua, rutenya Pasar Raya- Aur Duri, biasanya tempat pangkalannya di depan mesjid Taqwa. Begitu juga dengan angkot warna merah dengan rute Pasar Raya-Balimbiang. Angkot jenis Datsun biru, biasanya rute Pasar Raya-Pagambiran. Begitu juga dengan warna angkot yang lainnya punya rute tertentu dan penumpang harus tahu rute angkot berdasarkan warna angkotnya.

Untuk tarif  biasanya disesuaikan dengan jarak jauh dekat ataupun jarak terjauh yang maksimal dari rute perjalanan angkot. Hitungan tarif angkot, biasanya dimulai dari naik pertama, misalnya angkot hijau rute Kampus sampai gerbang Unand, ongkosnya Rp 3000, Kampus sampai Pasar Baru, ongkosnya Rp 4000. Kampus sampai Pasar Raya atau dari Pasar Raya Padang sampai Kampus Unand berkisar Rp 6 ribu. Beda halnya kalau ada ibu-ibu dari Pasar Raya yang membawa banyak-barang belanjaan untuk isi warungnya mulai dari snak-snak, sayuran, tahu, telur sampai ikan basah dll. Tarif angkotnya  tentu lebih besar lagi, yang terlihat Rp 10 -20 ribuan, karena dianggap memakai tempat duduk lebih dari satu orang untuk meletakkan barang-barangnya. Tarif angkot untuk dewasa saja, kalau ada ibu-ibu bawa anak-anaknya,  tidak membayar, kecuali memang anak sekolahan (anak SD) naik angkot sendirian, biasanya membayar Rp 2000 saja.  

             Hal yang berbeda dengan angkot di kota besar lainnya, seperti Yogyakarta, masih ada angkot tua yang berwarna hitam, yang biasa mangkal di depan rumah sakit Panti Rapih, atau dekat bundaran UGM. Ini sungguh lama menunggu penuh penumpangnya, karena sudah mulai jarang yang naik angkot ini. Paling nantinya disepanjang jalan yang dilalui sampai bandara Yogyakarta (bandara penerbangan yang lama), akan ada juga yang naik angkot ini. Jalannya juga pelan, dan kalau naik angkot ini, sudah bisa dipastikan kita harus punya waktu yang agak lama untuk sampai ke tujuan. Begitu juga angkot di kota Palu, Sulawesi Tengah. Pengalaman penulis di kota ini luarbiasa, karena mencoba naik angkot beberapa kali. Tarif angkotnya dari Pasar ke tujuan kita, jauh dekat Rp 10.000. Banyak barang bawaan penumpang bertumpuk sampai ke atap angkot juga diisi. Biasanya yang ada di atap angkot, seperti kasur busa/ kasur kapuk yang diikat yang dibeli penumpang, ada juga kursi plastik, dll. Barang-barang seperti ini dibolehkan dibawa dengan angkot. Dan lagi angkot di kota Palu ini sedikit saja, untuk dapat naik angkot ini, kita harus menunggu cukup lama.   

Itulah uniknya angkot-angkot di kota Padang dengan angkot di kota lainnya, dapat dilihat pada asesor yang bergantungan di dalam angkot-angkot tersebut. Asesorisnya bervariasi, seperti boneka, bunga-bunga plastik, gelas-gelas kaca, dan berbagai stiker yang digantung atau ditempelkan. Ada juga angkotnya dilapisi karpet, ada juga angkot yang lantainya pakai keramik, (ditemukan hanya satu-satu), dan juga pakai TV tempelan. Nuansanya lebih ke arah feminim, dan boleh dikatakan angkot kota Padang merupakan angkot yang mengusung aspek seni dan keindahan. Apalagi diiiringi musik sepanjang jalan sampai tujuan kita. Walaupun duduk berdesakan dengan beragam aroma dan karakter manusia, tetapi ada sesuatu yang kita nikmati dalam perjalanan. Di kota Padang, angkot-angkotnya bersih, sirkulasi udara dengan jendela kacanya terbuka sebagai usaha menarik minat penumpang supaya naik ke angkot mereka itu. Beragam benda yang dihias sedemikian rupa, tentu dengan kisaran modal yang tidak kecil juga. Itulah salah satu alasan sopir angkot ketika penulis tanyakan  tentang dekorasi/hiasan yang ada di angkot. Angkot kota Padang sangat banyak, walaupun kendaraan pribadi dan kendaraan online juga memenuhi jalan raya setiap waktu. Ada nilai perjuangan dan keyakinan mencari rezeki untuk kehidupan mereka dan juga setoran duit untuk majikannya sebagai pemilik angkot. Harapan kepada Pemkot  Padang untuk lebih menghargai jasa sopir angkot, salah satunya dengan jaminan penghasilan tetap yang mencukupi tiap bulannya dan ada pakaian stelan seragam untuk sopir angkot sesuai warna dan rutenya, sehingga angkot-angkot di kota Padang terlihat rapi dan menarik.

*Dosen Sastra MInangkabau FIB Unand


Tag :#Opini #Didaktika #Minangsatu

Baca Juga Informasi Terbaru MinangSatu di Google News

Ingin Mendapatkan Update Berita Terkini, Ayu Bergabung di Channel Minangsatu.com